Mensyukuri Nikmat Tuhan di Atas Tanah Tertinggi Jawa Tengah


Salam Wonosobo, untuk kita semuanya.

Malam itu kami diberikan kesempatan mengunjungi salah satu kampung tertinggi di Jawa Tengah. Dialah Sembungan, salah satu desa di Dieng yang dikenal dengan golden sunrisenya.

Selain itu, jika berkunjung ke Dieng, terdapat banyak pilihan destinasi lainnya yang tentunya membuat kita cukup penasaran. Beberapa diantaranya, ada candi arjuna, danau telaga warna, kawah sikidang, dan masih banyak lainnya.

Setibanya disana, malam itu cukup kaget. Destinasi yang sudah cukup terkenal ini, lahan parkir tampak sepi. Hanya ada beberapa tenda berdiri dan sedikit kendaraan yang terparkir. Warung-warung pada malam hari juga tampak tutup.

Pukul 11.00 malam setibanya disana, berbekal tenda dan perlengkapan tidur. Camp area yang berhadapan dengan sebuah danau menjadi tempat kami beristirahat.

For your information, Suhu di Dieng ternyata sederajat dengan suhu ketika berada di sebuah puncak bukit. Pantas saja, di musim-musim tertentu, desa ini bisa muncul salju secara mendadak. Kamipun, memutuskan untuk bergegas tidur dan membungkus diri dengan selimut. brrrr

Eeeeettss, sebelum tidur. Jangan lupa nyalakan dulu alarm tepat di pukul 4 pagi. Jangan sampai, keasikan tidur dan hawa dingin membuat kami terbangun kesiangan. Bukanya dapet golden sunrise eh malah dapetnya golden sunlight dong! hmm

Waktu beristirahat berjalan cepat sekali, alarmpun terdengar cukup bising mengganggu telinga. Akhirnya! Kamipun dipaksa bangun. Berat woyy!

Setelah langsung mencuci muka dan bersiap diri. Perjalanan menuju puncak, dimulai!

Ternyata oh ternyata. Banyak pengunjung wisata disini memilih untuk datang ke tempat ini pukul 04.00 untuk langsung menuju ke atas. Dalam perjalanan, terlihat, tempat parkir sudah mulai ramai dipenuhi kendaraan. Puji syukur, perjalanan kami ternyata ramai-ramai dan yuhuuu, nggak kesepian lagi doonngg.

Warung-warung di sepanjang jalan menuju puncak tampak berbuka dan ramai. Gorengan-gorengan hangat dan jajanan khas Dieng disajikan para penjual.

Waktu yang diperlukan menuju puncak menurut orang sekitar tidaklah lama. Jalur pendakian sudah dibuat mudah oleh ratusan anak tangga hingga POS 2.

Yang membuat kami bergeleng-geleng, banyak ibu-ibu dan bapak-bapak yang naik menuju puncak. Waduh, kuat juga ya. Kami yang semuda ini saja baru sampai pada POS 1, dibuatnya ngos-ngosan.

Sesuai pepatah jawa ‘alon-alon asal kelakon’, Perjalanan santai yang penting sampai menjadi solusi mengurangi kelelahan kita.

Tak cukup waktu yang lama. Sampailah kita di puncak Dieng. Puncak dimana kita bisa menikmati sebuah pemandangan luar biasa Bagaimana Tuhan menyinari kehidupan ini 12 jam setiap harinya.

Sembari beristirahat dan menunggu matahari terbit, ngopi dulu dong broooo…

Selain dikunjungi oleh wisatawan lokal. Cukup banyak juga wisatawan mancanegara yang mengunjungi tempat ini. Untuk dapat menikmati tempat ini, pengunjung hanya diberikan tarif parkir 3000 dan retribusi sebesar 5000 setiap orangnya.

Hayoo, kalian yang orang jawa udah pernah kesini belum? Kalau belum, buruan! Orang luar saja udah kesini, masak kamu kalah! cupu!

Warna langit tampak mulai menguning. Tandanya, matahari akan segera memunculkan wajahnya. Kami dan para pengunjung mulai bersiap diri.

Tak lama kemudian, matahari perlahan muncul dari balik bumi. Golden sunrise muncul!

Karena berkunjung ketempat ini tepat dimusim kemarau. Sayang sekali, keinginan untuk merasa berdiri diatas awan pun gagal. Tidak ada awan dan hanya kabut putih saja yang berseliweran di depan kami.

Menikmati sunrise tentunya tidak bisa berlama-lama. Karena, proses matahari terbit berlangsung begitu cepat sekali. Setelah matahari tampak muncul dipermukaan. Suasana gelap dan kekuningan perlahan pergi. Pemandangan perkebunan dan pemukimanpun sudah mulai menampakkan diri. Kamipun mencari tempat bersantai dan sekaligus berfoto-foto.

Di ujung timur, terdapat sebuah wc umum dan mushola yang bisa digunakan para pendaki beribadah atau sejenak beristirahat,

Setelah berkeliling, Landscape danau dibawah gunung menjadi tempat kami beristirahat,
Sembari menghabiskan pagi diatas gunung, Bikin kopi dong!

Danau dibawah merupakan danau sembungan, selain sebagai sumber mata air para masyarakat daerah sekitar, air tersebut juga menjadi satu-satunya sumber yang digunakan untuk mengairi perkebunan mereka. Di musim kemarau seperti ini, air tampak berkurang dan surut.

Setelah merasa puas, Kamipun memutuskan untuk turun.

Di sepanjang perjalanan, Big Respect untuk siapa saja yang terlibat merawat tempat wisata ini. Tampak tempat sampah disediakan oleh para pengurus di sepanjang jalan. Sampah-sampahpun jarang sekali untuk kami jumpai.

Contoh baik seperti itu, tentunya harus ditiru dan dilestarikan di banyak daerah di Indonesia. Dengan tujuan menjaga sebuah tempat wisata nyaman bagi pengunjungnya. Hal seperti inilah yang patut untuk diacungi jempol. Karena sejatinya, menjaga alam dan lingkungan bisa kita lakukan dengan sesederhana itu!

Turun dari atas berasa cepat sekali, tidak seperti waktu kami menaiki puncak ini. Tak butuh waktu yang lama, Kamipun sampai di bawah. Njiirr cepet banget!

Warung-warung tampak membuka gerainya. Gorengan dan oleh-oleh khas dieng juga tertata rapi di sepanjang jalan. 

Sampai disini perjumpaan kita hari ini. 
Cepat bertemu lagi di tempat-tempat keren lainnya di Indonesia.

Salam wonosobo untuk kita semuanya, 


Comments