CUTTON BUT IS THE REAL DANGEROUS


Cukup berbahagia rasanya, tiba-tiba saja ingin mengejawantahkan apa yang saya alami belakangan lalu. Bukan perihal visual, tentang cinta beda agama, kiat-kiat mendapatkan followers banyak, atau perihal street art yang pernah membuat saya bermasalah dengan polsek.

3 hari lalu, menjadi pengingat bagi saya, kebesaran Tuhan memang luar biasa. Tentang remeh-temeh cutton but, juga sebab terlalu bersemangatnya saya mandi sore diiringi adzan maghrib.

 

Memang benar mitos 'istirahatlah sebentar saat maghrib tiba'. Oleh anjuran orang jawa, disebut dengan istilah ‘surup-surup leren sek’ yang berarti sebuah keadaan sore hari menuju petang kita semuanya dianjurkan untuk memberhentikan segala aktivitas apapun. 

 

Pekara itu, Tuhan memberi saya pelajaran sepele.


Telinga bagian kiri saya dengan tidak sengaja kemasukan air. Karena menganggap itu sepele, saya mencoba mengatasinya dengan cara amatir. Memasukinya kembali dengan air ke telinga, lalu memiringkan kepala saya kebawah.

 

Beberapa kali, hal itu saya lakukan, hasilnya nihil dan akhirnya sayapun memilih pasrah untuk sebentar dulu ganti baju dan mengulanginya lagi sehabis itu.

 

Pada usaha kedua, tetap saja gagal. Tipikal saya yang kurang sabar membuat saya cukup sok tahu. Sata mencobanya menarik air keluar menggunakan cutton but. Namun, bukannya air keluar atau air dapat diserap kapas cutton but. Telinga kiri tiba-tiba saja mengalami gangguan. Pendengaran menjadi kurang jelas di bagian kiri. Perasaan panik dan gelisah membuat saya memilih pasrah. Terkapar di kasur sembari mikir menatap atap kamar tak jelas.

 

Menikmati hidup dan beraktivitas dengan indera pendengar satu telinga ternyata tidak ada enaknya sama sekali. Dampaknya, membuat kepala pusing seperti halnya mendengarkan audio dengan headset rusak tapi yang menyala hanya salah satunya saja. 

 

Semalam, pasca kejadian tersebut. 

 

Saya memutuskan untuk tidak berangkat bekerja. Pagi harinya, Tuhan memaksa saya pergi ke Puskesmas setelah terakhir kali mungkin saja waktu masa SMA. Di Puskesmas, sayapun mengeluhkan perihal kejadian yang saya alami dengan berharap air atau kotoran yang terdorong cutton but disedot pagi itu. Bukannya disedot, dokter puskesmas hanya mengecek lalu memberikan saya obat tetes dan obat untuk diminum.

 

Dengan harapan yang kurang memuaskan, saya lalu pulang dengan hasil yang nihil. Sampai dirumah, saya mencoba meneteskan obat ke telinga lalu memilih untuk tidur akibat perihal mendengar yang sangat tidak nyaman.



Dari puskesmas, 2 hari memilih sabar sebentar dan mencoba menuruti apa yang disarankan, menahan ketidaknyamanan dengan tetap melakukan metode tetes telinga sesuai anjuran yang diberikan. 

 

Mengalami gangguan pada telinga, menjadi cukup bermasalah bagi saya, terlebih pendengaran menjadi salah satu dari beberapa indera pemberian Tuhan yang cukup saya syukuri untuk saya pergunakan dalam mencari ilmu, belajar, dan bekerja. 

 

Meliburkan diri dihari Ketiga, sore hari saya memutuskan untuk pergi ke Dokter Spesialis THT. Seorang dokter yang pernah menolong nyawa saya akibat perihal yang sama remeh-temehnya.

 

Pasalnya, hidung saya pernah kemasukan lintah saat kelas 5 SD. Penyebabnya, berenang di sebuah sendang di daerah salatiga yang tidak perlu saya sebutkan namanya. Kini, Ibu Dokter yang dulu menolong saya sudah pensiun. Sore itu, saya dipertemukan dengan anaknya.

 

Datang dengan antrian pertama, tak lama setelah menunggu 1 jam. Oleh Bu Dokter Baru, saya disuruh masuk ruangan lantas telinga saya dicek dan langsung dibersihkan. 


Dalam proses, tidak ada cara lain kecuali saya memejamkan mata sembari berdoa. Tidak butuh waktu lama, cukup 1 jam saja proses pembersihan telinga saya teratasi.

 

Setelahnya, tidak ada cara paling indah keculai bersyukur kepada Tuhan yang memang Maha Besar atas segala karunianya. Telinga saya normal kembali.

 

3 hari yang luar biasa, mengalami gangguan pada telinga menjadi pengingat saya. Perihal menyadari kebesaran Tuhan bisa merusak pemberiannya kapan saja adalah cara paling bijaksana untuk selalu bersyukur terhadap-Nya. 


Terima kasih Tuhan. Hati-hati dengan cutton but!

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments