Jika diibaratkan dengan paham radikal ISIS, membunuh dan memerangi apapun yang dianggap sepihak Islam berdosa dan haram adalah sesuatu yang berpahala dan akan dijaminkan Surga oleh Sang Maha Kuasa.
Akhir pekan ini,
Jangan-jangan tanpa melihat keadaan sosial, dan harga kebutuhan rumah tangga yang semakin mahal. Kemendikbud lupa bahwa dengan gaji 300 ribu per bulan, pahala banyak dan jaminan masuk surga. Mereka yang sedang mengajar tidak akan memiliki beban hidup yang susah dan akan lancar saja? Keren dong!
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvGv9-c-7qOQ8ao3EFyx-wSysWwBKy1YwCwmdGq9QoiG9ul5W6LsSOiNZEvfkZFxapNM8ZfamJU_2NEZrRTiKWUVFaj-wfSeL-FvrJzZEQX8cOngrZ90gM91sGy_fq4_kvE7FV-wGNtro/s1600/200px-Muhadjir_Effendy.jpg)
Masih ingatkah tentang kabar gembira pelarangan instansi menerima Guru Honorer awal tahun lalu oleh Kemendikbud? jika saja melek kabar tentang keadaan sosial dan politik Indonesia hari-hari ini. Siapa saja pasti mendengarnya dengan cukup berbahagia.
Jika dilihat dari sebab dan akibat yang bisa saja terjadi, boleh saja hal tersebut adalah sinyal gembira mengenai harapan dan doa akan perhatian nasib honorer dan gajinya yang akan diubah setara dengan profesi-profesi pada umunya. amini saja.
Heboh pidato tak berkelas berkedok surga yang dijanjikan Kemendikbud atas profesi yang sedang menjadi satu-satunya problem besar negara berkembang ini. ‘Nikmati saja gaji guru honorer, kalian adalah satu-satunya orang yang akan pertama kali masuk surga’ ringkasan pidatonya akhir pekan ini di depan gapura surga.
Tidak berpengaruh sama sekali, sebagai pribadi yang mendapatkan kesempatan mendalami ilmu pendidikan kurang lebih empat tahun dan memiliki tanggung jawab atas apa yang harus saya lakukan setelahnya. Terlebih, mengajar adalah tanggung jawab siapa saja yang mendalami disiplin ilmu tersebut.
Namun apa boleh buat, jika saja negara tidak menjamin atas apresiasi kepada guru yang harusnya setara terhadap profesi lain pada umumnya. Mengembangkan dan memutuskan mengambil disiplin ilmu lain sebagai pilihan untuk menambal hidup dan sedikit ingkar dengan apa yang seharusnya dilakukan, adalah satu-satunya alternatif untuk 'merasa hidup'. Daripada, kehidupan yang memang sejatinya membutuhkan banyak modal ini tidak tercukupi dengan gaji 300 ribu per bulan.
Lalu, masih relevankah apresiasi profesi pekerjaan yang dihubungkan dengan sosial, pahala, dan surga? jangan-jangan Kemendikbud terkena aliran radikal paham ISIS yang berkedok pahala dan surga?
Mendengarnya, mengingatkan saya pada pekerjaan yang dibayar sesuka teman atau tetangga. Berkedok pertemanan dan pahala, lantas banyak orang harus memaksakan keinginannya meski sama sekali tidak ada apresiasi yang harusnya bisa dilakukan dengan baik dan memanusiakan manusia.
Bagaimana jika kita memiliki usaha berjualan baju dengan harga yang sudah ditentukan dengan baik dan akurat. Lalu, dikemudian hari, dengan nada berkedok teman dekat. Harga yang sudah ditentukan tersebut ditawar dengan harga yang harus turun 50%.
Jika saja ada yang pernah mengamini hal itu sebagai sesuatu yang sah, benar dan agamis. Bersiap saja, negara ini sejatinya abadi untuk tumbuh lestari dengan kebudayaan bermental miskin.
Cepat sembuh Kemendikbud.
Comments