Kena Ospek Ormas Pemuda Pencasila 'Harapan Jaya'

Kurang lebih, satu dua dekade atau selebihnya ini, Kota Jakarta dan sekitarnya dikenal sebagai kota yang kejam. Entah orang-orangnya, kondisi lingkungannya, pergaulan sosialnya, atau mungkin kebudayaanya. 

Saya pikir, hal tersebut tidak sama sekali mempengaruhi pola dan tingkah laku saya berkehidupan di kota itu. Hanya saja, sesuatu yang membuat saya harus berjuang dan bersusah payah adalah satu dari apa yang memang menjadi kewajiban manusia menyela kehidupannya. Yang pasti, saya mencoba untuk tidak tersugesti pada apa yang sudah menjadi asumsi bagi banyak orang tersebut. 

Awal bulan, saya bekesempatan menggunakan waktu luang untuk meladeni hobi saya. Menggambar di jalan, demi meninggalkan jejak dan sejarah. 'Bagi saya sendiri khususnya'.

11/24 malam hari beserta hujan yang tidak begitu deras. Saya bersama 2 orang meluncur mencari sisa-sisa tembok terbengkalai dipinggir jalan.

Setengah jam berkeliling, kami berhasil mendapatkan tempat yang saya rasa menarik. Sembari beristirahat sebentar untuk membeli minum dan rokok di warung terdekat. Cuaca tampak gerimis dan menunjukkan sinyal redanya. 

Tidak seperti biasanya saya melakukan kegiatan ini, karena memang tembok tersebut bukan rumah warga dan hanya sebatas pagar kebun yang dicoret-coret anak SMP. Untuk sekedar ijin dan mengobrol sebentarpun tidak saya lakukan dengan pemiliknya. Maka, kamipun melakukan proses ini tanpa ijin seperti yang biasa saya lakukan. "Sepertinya salah, hanya saja saya tidak memiliki kesempatan itu''

Sudah lebih satu jam saya memulainya. Jalanan tidak seperti pada apa yang terjadi di banyak tempat di jawa tengah. Lepas jam 12, masih ada saja kendaraan berlalu lalang. Sedang di salatiga saja, jalanan kampung sudah tampak mati selepas jam 10 malam. 

Tak lama kemudian, seseorang lelaki berjalan menghampiri kegiatan saya. Entah, terlepas tidak suka atau mungkin ingin memanfaatkan saya. Kegiatan saya dianggapnya buruk dan menjadi tanggung jawabnya sebagai ormas.

Merekalah oknum pemuda pancasila 'harapan jaya'. Karena memang pendatang, sayapun tidak benar-benar mengetahui seluk beluk keberadaan dan fungsi mereka. Hanya saja, identitas ormas ini tidak begitu asing di telinga saya. 

Maaf mas mau tanya, sebelumnya ini ijinnya gimana ya? Tanyanya sambil menggunakan budaya arab berlafal antum dan ente.

Sontak, sayapun menjawab dengan jujur. Tidak ada ijin dan hanya merespon tembok terbengkalai.

Dijawabnya 'paling tidak antum harus ijin dulu sama saya, saya ini ketua pemuda pancasila. Saya yang pegang wilayah sini. Tanya saja pemuda pancasila se-Depok, siapa tidak kenal saya' ucapnya sembari melambungkan dadanya berlagak preman.

Wejangan-wejangan sopan santunpun diberikan. Entah sebab keberadaan orang seperti saya memberikan citra buruk kepada mereka, atau entahlah.

'Terus ini enaknya gimana? Disini mau dibangun posko pemuda pancasila, kalau ada gambarnya gini kan nggak cocok. ' Tanyanya. 

'saya blok dasar putih kembali lagi saja'. Jawab saya dengan senyum melebar. Hehehe

Jangankan untuk ditimpa orang setelah satu jam gambar ini selesai dibuat. Saya timpa sendiri saja setelah 5 menit gambar ini selesai juga saya rela.

Benar seperti firasat pertama orang ini mengajak saya berdiskusi. Mencoba memanfaatkan apa yang sedang terjadi. Ormas ini menolak untuk saya menimpanya putih. Padahal jika saja putih, tentunya lebih baik ketimbang coretan2 semula. Mungkin saja juga lebih cocok jika nantinya benar-benar dibangunnya posko PP dengan lebar tanah 1 meter memanjang itu. 

'Gini saja mas, daripada sudah capai-capai dan saya juga ingin menghargai karya antum, bikin gambar logo pemuda pancasila harapan jaya saja di sebelah gambar antum. Biar nanti kalau ada apa-apa saya yang tanggung jawab' ucapnya, dengan senyum-senyum dan memastikan saya untuk tidak menimpa putih berkedok branding PP harapan jaya dengan visual di jalanan. 

Tidak mau berlarut-larut dengan wejangan konyolnya mengatasnamakan pancasila. Sayapun menyadari bahwa memang saja sebagai pendatang tidak mungkin untuk mengajak berdebat mereka, apalagi dengan jumlah mereka yang cukup banyak di kandangnya. 

Maka, tidak perlu berlama-lama untuk memastikan logo ini presisi atau tidak. 

Jadilah mural logo jelek ini untuk mereka. 


Comments