Kampanye Gila 2019


Kurang lebih 1 bulan lalu, poster ini ditempelkan oleh orang yang mungkin bekerja habis-habisan demi anak, istri mereka atau mungkin pura-pura membela dan mempromosikan caleg ini. Tanpa mengurangi rasa hormat bagi siapa saja yang memperkerjakan diri sebagai anak buah Caleg, seharusnya ada cara yang lebih baik ketimbang merusak rumah saudaranya sendiri 'manusia'.

Saya pikir, siapa saja mempunyai hak untuk mengakses ruang publik sebagai tempat mengekspresikan diri mereka. Termasuk sebagai pasar promosi diri orang-orang yang sedang berjuang menduduki kursi penguasa 2019, April nanti. 

Namun, keluar dari konteks siapa saja berhak menggunakan ruang publik sebaik dan sebebas mungkin. Sepertinya, ada yang juga lebih penting daripada sekedar kebebasan berekspresi. 

Lebih penting dari itu, siapa saja wajib menggunakan ruang publik dengan norma-norma yang sebagaimana mestinya pantas untuk diperhatikan. 

Lantas, Bagaimana menggunakan ruang publik dengan sopan dan begitu ramah?

Saya tidak benar-benar yakin jika Tim Sukses Caleg ini meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik pagar ini. Saya pun juga meyakini bahwa apa yang sedang dilakukan tim sukses ini adalah satu-satunya tindakan anarki yang mungkin saja perlu dibuatkan undang-undang. 'Harusnya' . 

Dengan suntikan dana kampanye yang bar-bar, harusnya promosi mereka lebih cerdas dan megah dari poster sedot WC yang tersebar hampir di semua sudut ruang publik.

Apa yang dilakukannya begitu sedemikian jahatnya, mengakses ruang pribadi milik orang lain yang sedang digunakan oleh puluhan pelaku street art secara ramah dan sopan demi kepentingan pribadi yang jauh tidak sopan sama sekalinya. 'Gila!'

Bagaimana mungkin ruang publik yang sedang diakses puluhan teman-teman street art ini dirampas sedemikian licik demi kepentingan individu seorang caleg atau capres. 

Mendadak, kampanye visi dan misi mereka ataupun profil dan latar belakang mereka yang sebagus itu tidak saya anggap benar-benar baik. 

Segala doanya pun tidak benar-benar caleg ini praktekkan sedemikian apik kata pengantarnya. 

Baiklah, saya sadar kita memiliki ruang yang berbeda. Profil yang sangar, harta yang bar-bar, tim sukses yang berlimpah, pengikut yang bertumpah, dan tentunya wilayah yang megah. 

Jelas, kedudukan 2 konteks caleg dan puluhan pelaku street art ini jauh berbeda.




24 Februari 2019, dengan sangat kaget. Poster ini harus menaikkan darah saya begitu tinggi. 

Bagaimana jika poster ini saya rusak sedemikian licik poster ini merusak ruang puluhan teman-teman street art ini? 

Pastinya, mendadak saya akan jadi buron oleh orang-orang yang memasang ini. Atau mungkin, pagi hari selepasnya saya akan diburon oleh jutaan pengikut Beliau. 

Yang lebih tragis, mungkin saja saya akan dilaporkan kepada pihak berwajib seperti halnya kasus perusakan baliho dan bendera partai demokrat di Pekanbaru beberapa bulan lalu.

Tidak peduli pengaruh Beliau menjadi bagian dari Ulama Islam yang cukup besar dan memiliki jutaan pengikut di Indonesia. Tidak peduli juga atas bagaimana kedudukan dan peran Beliau dalam membangun Indonesia. 

Membandingkannya dengan puluhan pelaku street art atau saya dan Beliau, tentunya jelas berbeda sekali. 

Tidak peduli juga tentang apa agama beliau. Entah sama atau beda aliran. Yang jelas, Beliau adalah seorang Ulama Islam yang sedang di bela jutaan pengikut. 

Jika benar-benar membela, Tim Sukses harusnya mengenal terlebih dahulu kandang yang sedang dibelanya. Jangan juga, harlah NU kehilangan akal sehat, pikir cerdasnya dan norma baiknya.


Februaru 2019 , Taman Tingkir Salatiga

Comments