Debat Diktator Pilpres 2019

Diktator Pilpres 2019




‘Jancuk tenan koe jok, tak tunggu neng alam barzakh’ ucap Soeharto di alam sana, cerita malaikat Munkar dan Nakir mengabarkan lewat akun sosial media mereka, cheers!!


   Siapa yang tidak merasa takut atas Indonesia dengan keadaan mencekam dan menerkam kembali terulang di Indonesia hari ini. Kehadiran Bapak Prabowo seakan-akan diyakini oleh masyarakat sebagai sebuah isu era Soeharto model baru. Prasangka dan praduga kekerasan, penindasan HAM seakan kembali dibangun dan diangkat kembali. 

    Seakan tidak buta pada asumsi yang berkembang, entah apa yang dibuat oleh Bapak Jokowi atau Tim Suksesnya, isu tersebut dengan gagah dan lantangnya diungkapkan pada closing statementnya malam itu.

     ‘’Kami tidak ingin banyak bicara, kami sudah paham persoalan bangsa ini dan tahu apa yang harus kami lakukan, kami tidak punya potongan diktator atau otoriter. Kami tidak punya rekam jejak melakukan kekerasan, kami juga tidak punya rekam jejak masalah korupsi. Jokowi-Amin akan pertaruhkan jabatan dan reputasi dan akan kami gunakan semua kewenangan yang kami miliki untuk perbaikan bangsa ini’ Ucap Jokowi tegas dalam menutup perdebatan malam itu.

     Sebuah perdebatan sengit kembali terjadi awal tahun ini dalam kontestasi politik yang maha picik. Apapun yang dbicarakan dirangkainya sedemikian apik dan menarik demi satu suara pilihan politik. Ucap demi ucap kelebihan per masing-masing calon presiden didebatkannya dengan balas demi balas keburukan dan kekurangan musuhnya. 

     Namun apapun itu, yang lebih realistis adalah Presiden Jokowi nampak sudah terlihat tegas dan lebih berhasil ketimbang perdebatan pertamanya pada pemilu 2014. Sebuah kemunafikan jika era Jokowi tidak sama sekali menampilkan paradigma korupsi dan kepincangan hukum, HAM ataupun hal-hal sejenisnya. Siapapun presidennya, korupsi tetaplah menjadi sesuatu yang akut sekalipun koar demi koar anti korupsi terdengung dimana-mana.

    Sejatinya memang, perdebatan perlu diganti dengan sesuatu yang lebih dingin. Boleh saja, idiom perdebatan diganti dengan idiom diskusi antar kubu demi Indonesia yang lebih baik di bulan April 2019, siapapun mereka yang terpilih Presidennya. 
  
    Lalu, setelah debat terselesaikan. Bersiaplah serangan demi serangan guyonan dan kritikan yang menjatuhkan masing-masing dari mereka bertebaran oleh media-media hari ini.


Comments