Seperti biasa, malam tirakatan di sebuah kampung membuat saya harus bekerja keras menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan atas pemberian bapak-bapak kampung yang memasrahkan konsep kepada pemudanya dan bagaimana rnungkin tirakatan sebelum pembacaan proklamasi digarap dengan sakral dan seapik mungkin. Berikut ini tulisan yang mencoba menggagas kemerdekaan hari itu dan tentunya kemerdekaan dan penjajahan di masa yang sudah merdeka.
.................................................
Aku dilahirkan oleh ribuan orang,
yang mati dan membusuk ditengah padang peperangan.
Tanpa lindungan kain yang kebal,
dihajar gelontoran rudal dan berondongan tembakan.
mereka mati dengan tak pantas.
Aku dilahirkan oleh ribuan orang yang telanjang dan kelaparan
ditengah-tengah padang pemaksaan.
Tanpa teduh pohon-pohon beringin,
Tanpa harum bunga-bunga kamboja,
Tanpa riuh burung-burung di tengah hutan,
tanpa doa-doa pengantar yang semestinya.
Tanah-tanah disetubuhi
Demi kiloan rempah-rempah yang jadi sumber penghidupan
Tanah-tanah di perkosa
Atas nama kerakusan, demi nama kekuasaan.
Sementara, mereka berlindung dibalik-balik rerumputan yang begitu rentan
Tanpa tembok-tembok dan benteng-benteng perkasa.
Saat tembakan dan ledakan membabi buta
Saat setiap jengkal kematian didepan mata.
Aku dilahirkan oleh ribuan air mata yang menetes penuh pengorbanan
Aku dilahirkan oleh ribuan meter ikatan rantai penuh karat
Saat kepal demi kepal tangan menghantam tubuh.
Saat deras keringat menetes liar.
Bangsa ini dijajah oleh ribuan orang-orang yang buta kemanusiaan.
Berbahagialah orang-orang yang melihat matahari pagi dengan gembiranya hari ini.
Teruslah merawat bangsa ini dengan rasa dan cinta.
Bukan dengan dendam dan murka.
Tidak akan ada lagi dentuman tembakan dan rudal-rudal berseliweran.
Melainkan dentuman bangsa ini sendiri.
Jika merdeka adalah cahaya.
Kenapa kita berlomba menjadi pemadamnya.
-studio kalangan-
Comments