Berlalu lalang menikmati jalanan adalah rasa yukur
tersendiri ketika mata dan perasaan ini melihat.
Sepasang kaki kiri dan kananku beralun memainkan pedal rem
dan gigi kendaraanku.
Tangan kananku bergerak penuh romansa, naik turun, hingga bertahan.
Sementara itu, Tangan kiriku menarik pelatuk rem penuh
jemari.
Perlahan aku terus berjalan kearah depan.
Ingatan mengantarku kemana aku berlabuh dan berhenti.
Sembari menikmati jalanan, aku dihibur lampu lampu yang
memberiku harmoni.
Jalanan gelap adalah masalah ketika aku di takuti rasa
gelisah.
Seketika muncul setitik cahaya, aku merasa bahagia.
Ya, hidup tak
selamanya membawamu ke kegelapan.
Sebuah Filosofi dari rasa syukur kita ketika menikmati lalu
lalang jalanan. Dibalut debu bus dan truk yang pekat hitam, fokus itu tetap
ada. Untuk berjalan terus tanpa berhenti, itu mengkhayal. Ada waktu dimana
lampu merah mengatur dan memaksaku berhenti, ada waktu ketika lampu hijau
mengajakku untuk melanjutkan sebuah perjalanan. Menunggu waktu atas dasar
lamanya lampu merah adalah sebuah symbol ketika kita di balut rasa gelisah akan
kesabaran. Waktu dan cahaya mengajariku cara kapan aku harus berhenti dan kapan
aku harus terus berjalan.
‘’ kamu kenapa malas? Kamu kenapa menyerah? Kamu kenapa berhenti sampai disini?’’
Pertanyaan itu tabu. Sebuah kemunafikan ketika manusia harus
hidup tanpa rasa malas, putus asa yang membalutnya. Sebuah harmoni jalanan
mengajariku cara untuk menempatkan posisi tersebut secara benar. Kapan aku
harus berhenti untuk beristirahat karena malas dan melanjutkan perjalanan itu
kemudian, kapan aku berhenti karena putus asa dan mencari jalan keluar untuk
menyambung asa itu.
‘’ kenapa kamu lelah? Kenapa kamu berhenti?
Hegemoni dari alunan tanganku ketika aku harus menarik gas
cepat dan lambat. Hegemoni dari ketika aku harus menarik pelatuk rem karena
jalanan terjal. Masalah itu selalu ada. Sebuah kalimat dari surga ''jalanan yang terjal tapi harus kamu lewati secara
halus''. Lelah ketika jemari itu menarik pelatuk, lelah ketika genggaman tangan
itu menarik gas.
‘’kenapa kamu masih disini? Kenapa kamu masih melakukan hal
ini?
Memaknai perlahan arti kehidupan yang terlihat benderang dan
gelap secara adil. Seseorang dengan semangat yang mati karena sebuah kegagalan
dan benderangnya sebuah mimpi yang masih tersembunyi hingga seseorang yang
menikmati kehidupan benderangnya ketika kegelapan telah ia lewati. Satu filosofi
paling benar adalah ketika ‘’hidup tak selamanya benderang, ada waktu dimana
kamu merasa glap, lemah, putus asa’’. Hidup itu sempurna.
Comments