sesuatu yang bakal kita mimpikan disetiap kondisi bahagia yang kita temuin. layaknya suara rintik hujan yang perlahan menetes semakin deras dan deras namun ada juga saatnya rintik hujan perlahan berhenti. sesuatu yang juga mengantarku ke alam kecil dan menuju remajaku, ketika api unggun memberikan cahaya di sisi tenda tidur kita, ketika api unggun memberikanku kehangatan. aku bahagia tertawa dengan teman temanku di satu lingkaran. api yang perlahan membesar dan semakin besar. hiburan yang memberikan aku bahagia tersendiri. saat itu pula aku bercanda hingga lupa kayu bakar yang memberiakanku kehangatan bersama mereka mulai mengarang hitam. api semakin meredup, tak seindah dan tak setinggi seperti sedia kala. perlahan api mulai berhenti dan waktu menyusut. kebahagiaan itu terhenti dan aku bersama kembali menuju tidur lelap dan selimut dingin yang menemani rasa lelapku.
ya, bahagia itu bakal abadi nggak sih? lamunan psiko di lamunan sudut kamarku, aku tengadah mencari-cari bahagia yang terasa perlahan menyusut. saat mata dan saraf sisi kepalaku mengantarku menuju lamunan masa kelam ku. aku bisa tertawa, aku bisa bahagia karena kebahagiaan tersebut masih terasa awal. kala itu aku bersumpah dan menadah tentang apa yang aku mimpikan, aku bakal bahagia seperti ini sampai aku mati tanpa sedih penutup, kala jemari tak sanggup lagi bergerak. saat semua yang menghiburku dan tragedi sedihku tertutup oleh seseorang yang melatar belakangiku dengan senyum, canda dan bahagia dengan cinta dan senyum.
mengapa ada perasaan rintih terucap. kita pernah bahagia, kita pernah ada dalam satu kalimat bahagia dan kita pernah menjumpai tentang apa yang terjadi kala itu.
rupanya menyudutkanku terhadap hukum alam tentang dunia nggak pernah lepas dari satu paket bahagia dan sedih, aku bertanya kepada sudut kepalaku. apa ada masalah dengan semua ini? ya, ketika apa yang aku tanyakan tentang apa yang terjadi saati ini, transisi tentang cara menjalani hidup yang sepasang ini.
dalam lingkup cerita kita menghadirkan nuansa bahagia, seolah detik waktu di jam tangan dan dindingku melupakan semua itu. seolah aku hanyut bersama mereka.
layaknya jalan dari arah barat menuju utara, aku menemui malam, aku merasakan siang. saat itu aku bersedih tentang apa yang terjadi. gelap yang kurasa perlahan mulai menampakkan diri dan berpindah menuju tempat lain. hidupmu dan hidupku hilang cerita, 2 sudut terbagi kedalam sebuah langkah yang membackupku, kehidupan yang menyatu seolah berpisah menuju siang. aku bisa tertawa dengan cahaya yang berbeda. masa kelam di cahaya gelap seolah bertafsir, kita berada ditempat lain. menuju ruang berbeda. jawaban tersingkatnya adalah ''ada waktu tersendiri'',
abadi adalah mimpi diatas kayangan diiringi embun tanpa wujud yang enggan untuk kita kita temui.
aku merasakan nyaman dengan seorang yang aku jumpai, aku merasa lupa dengan orang masa laluku, aku melupakan semua kesedihan yang menghujamku saat itu terhadap orang yang aku jumpai saat ini. orang yang saat itu mengajakku tertawa, orang yang sat itu mengajakku melupakan kesedihanku. waktu berjalan, aku merasa bahagia hingga melupakan dari mana aku berpijak,
Aku melupakan daratan, kesedihan, cemas rasa gelisah, aku bahagia.
saat kalimat singkat terucap 'aku bahagia dengan dia', saat itu juga waktu aku bahagia mulai menyusut menuju masa susut dengan jangka yang masih sungkan. jerami di sawah kala itu mulai menunduk. menengok menuju masa bahagia ku, saat ini bahagia tersebut tunduk.
ya, bahagia itu bakal abadi nggak sih? lamunan psiko di lamunan sudut kamarku, aku tengadah mencari-cari bahagia yang terasa perlahan menyusut. saat mata dan saraf sisi kepalaku mengantarku menuju lamunan masa kelam ku. aku bisa tertawa, aku bisa bahagia karena kebahagiaan tersebut masih terasa awal. kala itu aku bersumpah dan menadah tentang apa yang aku mimpikan, aku bakal bahagia seperti ini sampai aku mati tanpa sedih penutup, kala jemari tak sanggup lagi bergerak. saat semua yang menghiburku dan tragedi sedihku tertutup oleh seseorang yang melatar belakangiku dengan senyum, canda dan bahagia dengan cinta dan senyum.
mengapa ada perasaan rintih terucap. kita pernah bahagia, kita pernah ada dalam satu kalimat bahagia dan kita pernah menjumpai tentang apa yang terjadi kala itu.
rupanya menyudutkanku terhadap hukum alam tentang dunia nggak pernah lepas dari satu paket bahagia dan sedih, aku bertanya kepada sudut kepalaku. apa ada masalah dengan semua ini? ya, ketika apa yang aku tanyakan tentang apa yang terjadi saati ini, transisi tentang cara menjalani hidup yang sepasang ini.
dalam lingkup cerita kita menghadirkan nuansa bahagia, seolah detik waktu di jam tangan dan dindingku melupakan semua itu. seolah aku hanyut bersama mereka.
layaknya jalan dari arah barat menuju utara, aku menemui malam, aku merasakan siang. saat itu aku bersedih tentang apa yang terjadi. gelap yang kurasa perlahan mulai menampakkan diri dan berpindah menuju tempat lain. hidupmu dan hidupku hilang cerita, 2 sudut terbagi kedalam sebuah langkah yang membackupku, kehidupan yang menyatu seolah berpisah menuju siang. aku bisa tertawa dengan cahaya yang berbeda. masa kelam di cahaya gelap seolah bertafsir, kita berada ditempat lain. menuju ruang berbeda. jawaban tersingkatnya adalah ''ada waktu tersendiri'',
abadi adalah mimpi diatas kayangan diiringi embun tanpa wujud yang enggan untuk kita kita temui.
aku merasakan nyaman dengan seorang yang aku jumpai, aku merasa lupa dengan orang masa laluku, aku melupakan semua kesedihan yang menghujamku saat itu terhadap orang yang aku jumpai saat ini. orang yang saat itu mengajakku tertawa, orang yang sat itu mengajakku melupakan kesedihanku. waktu berjalan, aku merasa bahagia hingga melupakan dari mana aku berpijak,
Aku melupakan daratan, kesedihan, cemas rasa gelisah, aku bahagia.
saat kalimat singkat terucap 'aku bahagia dengan dia', saat itu juga waktu aku bahagia mulai menyusut menuju masa susut dengan jangka yang masih sungkan. jerami di sawah kala itu mulai menunduk. menengok menuju masa bahagia ku, saat ini bahagia tersebut tunduk.
Comments