First Impressions, Indikator Penting Mempertahankan Sebuah Brand Dapat Berkelanjutan Dinikmati Pasarnya
Beberapa minggu lalu, mengunjungi banyak kedai kopi di beberapa daerah di Indonesia. Diantaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, Solo, sekaligus Yogyakarta. Berangkat dengan niat mencari jawaban bagaimana mempresentasikan rasa kopi yang enak dan tidak enak. Kopi apapun dan dimanapun bagi saya pahit, jawaban yang membuatnya enak adalah memberinya pemanis semacam gula.
Sekalipun tidak menemukan jawaban yang selama ini saya cari. Sebuah kedai kopi di Yogyakarta bernama "Klinik Kopi" memberikan saya banyak pelajaran berharga. Bukan bagaimana kopi yang dapat dirasa enak, atau bagaimana di kedai tersebut saya dipertemukan kepada perempuan yang layak sebagai pemanis di kehidupan saya.
Didirikan sejak 2013, 'Klinik Kopi' telah berhasil menambah warna baru di Yogyakarta. Tentunya diiringi oleh trend 'kopi dan senja' yang akhir-akhir ini menjadi bagian dari kebudayaan populer. Keberadaanya di Yogyakarta juga semakin dikenal semenjak menjadi salah satu lokasi syuting 'Ada Apa Dengan Cinta 2' yang juga melibatkan artis-artis besar di Indonesia.
Klinik Kopi di Yogyakarta hadir sebagai wadah dengan bentuk yang kontemporer. Menghadirkan konsep layaknya kedai-kedai praktek dokter spesialis, sekaligus memberikan ruang yang ramah terhadap kesehatan.
Konsep klinik cukup berhasil memberikan first impressions yang cukup menarik khususnya bagaimana pengunjung mendapatkan pelayanan yang nyaman dan unik.
Di lain sisi, ibarat mengunjungi seorang dokter karena sedang menderita sakit. Mas Pepeng, barista dan founder 'Klinik Kopi' menawarkan banyak pengalaman baru mengunjungai sebuah kedai kopi atau sejenisnya. Bukan bagaimana menawarkan produk yang dimiliki untuk ditawarkan sesaat 2 langkah masuk ke dalam meja bar-nya. Melainkan bagaimana dia mengajak bercerita tentang bagaimana kopi yang diketahui oleh pengunjungnya dan mengajaknya berdiskusi tentang hal-hal sederhana yang sedang pengunjung rasakan.
Salah satu bentuk first impressions yang dilakukan di Filosofi Kopi Yogyakarta. Salah satu caranya, dengan menawarkan komunikasi visual di sudut di kedainya.
Sejatinya, interaksi kepada market jauh sama pentingnya dari seolah bagaimana menawarkan produk sedang dimiliki sebuah brand.
Firts impressions pada penjualan produk menjadi salah satu hal penting bagaimana sebuah usaha dapat berjalan dan konsisten dari setiap tahunnya. Berbeda dengan sebuah produk usaha yang jarang memperhatikan hal satu tersebut. Dengan bermodalkan tempat yang unik dan megahpun tidak cukup karena tidak diseimbangi bagaimana memperhatikan citra yang ditangkap setiap pengunjungnya.
Klinik kopi dengan konsep interaksi yang melebihi gagasan-gagasan dari sebuah kedai kopi pada umumnya memberikan citra yang cukup unik dan baru bagi saya pribadi. Penyediaan ruang rokok yang terpisah salah satunya. Penataan ruang dengan model tersebut selain menghormati orang yang merokok dan tidak merokok tentunya juga memberikan rasa aman bagi setiap pengunjung yang datang.
Berbeda dengan sebuah kedai minuman atau apapun yang mencampurkan antara perokok dan non perokok dalam satu tempat. Seseorang yang anti terhadap asap meski sudah berjarak 2 meter dihadapanya tidak akan berniat untuk datang kembali mengunjungi kedai yang pernah mengancamnya.
First Impressions bisa diciptakan dengan beragam bentuk. Mulai dari bagaimana menciptakan interaksi yang ramah antara pemilik dan klien. Bagaimana membuat konsep unik dari setiap perjumpaan pertamanya terhadap klien. Dan yang paling terlihat, bagaimana ruang memilik peran yang juga cukup berkelanjutan dalam menawarkan candu kepada klien untuk berniat menjumpainya dikemudian hari.
Comments