Berbagi Dan Beramal Apapun Sejak Usia Muda


Tarjo, pemuda milenial yang lahir ditengah kerumunan orang-orang generasi X. Siapa yang tidak mengenalnya. Selain aktif di banyak organisasi kampus, paling giat dan aktif pula di berbagai organisasi kemasyarakatan. 

Selalu kagum dan turut berbahagia, menyaksikan kegiatannya di Bulan Ramadhan. Tanpa mengenal sakit, tulangnya kerap ia banting setiap harinya. Tanpa pula mengenal pelit, segala ide dan gagasan yang ia milikipun selalu dibagi secara cuma-cuma. 

Lebih dari itu, sedikit uang dari jerih payahnya bekerja sebagai buruh pabrik juga ikhlas untuk ia bakar. Terlebih, demi membakar semangat orang-orang di sekitarnya.

Hidup sebagai masyarakat dan hidup sebagai manusia yang utuh menjadi alasannya untuk aktif dan giat berbagi di banyak kalangan. Bukan hanya pada lintas sosial, banyak kegiatan keagamaanya ia ikuti. Walaupun, sisi keagamaanya tak tampak baik-baik.

Ada yang paling bisa dikagumi dari seorang Tarjo. Meski saja cukup sibuk pada pekerjaan dan kesibukan pribadi lainya. Ia tampak menggebu-gebu dan ikhlas untuk konsisten memberdayakan diri pada masyarakat dan sekitarnya.

Kitapun selalu merasa kagum dan ikut berbahagia jika saja melihat seseorang mengamalkan sedikit atau banyak hartanya untuk berbagi dengan lingkungannya. Entah membuat pendopo desa, membangun lapangan voli, menanam 1000 pohon dikampungnya, atau saja membangun tempat sembayang.

Namun, usia muda dengan latar belakang yang tak tampak berlebih akan sangat sulit untuk melakukan apa yang orang-orang lakukan tersebut.

Sosok Tarjo, dengan segala kerendahan hati dan segala keberaniannya tampak cukup keren untuk menjadi panutan kita hidup sebagai masyarakat. Usia muda dan keterbatasan berbagi tidak membuatnya minder dengan orang-orang yang nampak tertinggikan.

Membagikan apapun yang ia miliki saat ini menjadi modalnya. Tidak harus membangun tempat ibadah, tidak harus juga membangun lapangan voli dengan tribun memutar dan atap tertutup untuk tanah kelahirannya. 

Bermodal ilmu, ide, dan gagasan yang manusia miliki. Anak muda seharusnya bebas dan aktif untuk bisa berbagi dengan lingkungan sekitarnya. Menurutnya, tidak ada cara berdialog dan beramal paling sederhana dengan lingkungan sekitar, kecuali kita bisa membagikan apapun yang kita miliki dengan segala bentuk dan wujudnya. 

Boleh saja, seorang Menteri membagikan banyak sembako di sebuah desa. Boleh dan akan dikagumi banyak orang pula, seorang pengusaha dengan kemegahannya membagikan 200 Sapi ke banyak kota untuk merayakan hari Raya Idul Adha. 

Boleh dan sebanding juga untuk seorang anak muda membagikan ide, membantingkan tulangnya, dan berbagi sosial tanpa harus menghitung jari. Sebab, niat baik akan selalu sama baiknya dan tidak terbedakan oleh segala wujud dan nominalnya.



Comments