![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZS_ysy2cZF_FyKYodMd6sQY_Vo1LLOJg6LsIhfn3i8UspAs2CLcAZMkRe-el4BS58b7vu59jA2NzGc0SRTf2lXIgNUa_ZpiH6aZZ3dVJmQn48kJJAR3Dcfc-zBvJ1_nJRWp-4MG4NI-A/s200/46ACBF6F-43FA-4CD7-9517-7FD697F969FA.jpeg)
Selalu kagum dan turut berbahagia,
menyaksikan kegiatannya di Bulan Ramadhan. Tanpa mengenal sakit, tulangnya kerap ia banting setiap harinya. Tanpa pula mengenal pelit, segala ide dan
gagasan yang ia milikipun selalu dibagi secara cuma-cuma.
Lebih dari itu, sedikit uang dari jerih payahnya bekerja sebagai buruh pabrik juga ikhlas untuk ia bakar. Terlebih, demi membakar semangat orang-orang di sekitarnya.
Hidup sebagai masyarakat dan hidup
sebagai manusia yang utuh menjadi alasannya untuk aktif dan giat berbagi di
banyak kalangan. Bukan hanya pada lintas sosial, banyak kegiatan keagamaanya ia
ikuti. Walaupun, sisi keagamaanya tak tampak baik-baik.
Ada yang paling bisa dikagumi dari
seorang Tarjo. Meski saja cukup sibuk pada pekerjaan dan kesibukan pribadi
lainya. Ia tampak menggebu-gebu dan ikhlas untuk konsisten memberdayakan diri
pada masyarakat dan sekitarnya.
Kitapun selalu merasa kagum dan ikut
berbahagia jika saja melihat seseorang mengamalkan sedikit atau banyak hartanya
untuk berbagi dengan lingkungannya. Entah membuat pendopo desa, membangun
lapangan voli, menanam 1000 pohon dikampungnya, atau saja membangun tempat
sembayang.
Namun, usia muda dengan latar belakang
yang tak tampak berlebih akan sangat sulit untuk melakukan apa yang orang-orang
lakukan tersebut.
Sosok Tarjo, dengan segala kerendahan
hati dan segala keberaniannya tampak cukup keren untuk menjadi panutan kita
hidup sebagai masyarakat. Usia muda dan keterbatasan berbagi tidak
membuatnya minder dengan orang-orang yang nampak tertinggikan.
Membagikan apapun yang ia miliki saat
ini menjadi modalnya. Tidak harus membangun tempat ibadah, tidak harus juga
membangun lapangan voli dengan tribun memutar dan atap tertutup untuk tanah
kelahirannya.
Bermodal ilmu, ide, dan gagasan yang
manusia miliki. Anak muda seharusnya bebas dan aktif untuk bisa berbagi dengan
lingkungan sekitarnya. Menurutnya, tidak ada cara
berdialog dan beramal paling sederhana dengan lingkungan sekitar, kecuali kita
bisa membagikan apapun yang kita miliki dengan segala bentuk dan
wujudnya.
Boleh saja, seorang Menteri membagikan
banyak sembako di sebuah desa. Boleh dan akan dikagumi banyak orang pula,
seorang pengusaha dengan kemegahannya membagikan 200 Sapi ke banyak kota untuk
merayakan hari Raya Idul Adha.
Boleh dan sebanding
juga untuk seorang anak muda membagikan ide, membantingkan tulangnya, dan
berbagi sosial tanpa harus menghitung jari. Sebab, niat baik akan selalu sama
baiknya dan tidak terbedakan oleh segala wujud dan nominalnya.
Comments