Seperti biasa, bulan ramadhan menjadi salah satu bulan yang sakral khususnya bagi kampung saya dan terlebih bagi saya sendiri. Malam Takbiran hari raya idul fitri selalu dimeriahkan dengan cara arak-arakan oncor, gerobak hias, drumblek, drumband dan takbir yang tentunya juga melibatkan beberapa kampung sebelah menjadi rutin dan wajib untuk 3 tahun terakhir ini di klumpit, kecamatan tingkir, kelurahan sidorejo kidul, Salatiga..
Bulan ramadhan menjadi bulan anti tidur khususnya bagi saya 4 tahun terakhir ini. terlibat didalamnya menjadikan saya sebagai manusia yang mau tidak mau harus hidup dan berbaur dengan orang-orang disekitar. bagaimana kita mengenali orang-orang sekitar, termasuk bagaimana kita bisa belajar dan berbagi terhadap apa yang kita miliki. Budaya seperti itu menjadi salah satu kunci yang harus selalu di pergunakan untuk hidup sebagai manusia yang bersosial dan hidup secara lebih peduli dengan masyarakat kampung khususnya kampung halaman.
Terinspirasi dari damar kurung atau pada istilah yang lebih populer disebut lampion. Damar kurung berasal dari kata damar (cahaya) kurung (batas) adalah sebuah media syiar islam pada beberapa abad lalu oleh wali songo yaitu Sunan Giri. Didalam kurungan terdapat lafadz Allah sebagai sebuah tanda cahaya, bukan sebagai sebuah tanda mengenai Allah yang terbatas karena pada hakikatnya Allah benar-benar MAHA TAK TERBATAS. Lafadz Allah didalam kurungan lebih mendefinisikan bagaimana kebesaran Tuhan terhadap manusia-manusianya yang benar-benar Maha Menyinari segala bentuk ciptaanya baik ketika manusia sedang berada pada jalan yang peteng ndedhet, padang njingglang, munggah medun, menggak-menggok, ataupun hampir mencapai lurus-lurusnya. Dilengkapi oleh trouble genset ambrol, molen nyampar gang, gabus pakani pitek, panel kabur angin, ratau turu, sahur turu tangi buko, kostum lem leman, lengkap pokoe. Orang-orang yang bisa memahami ini hanya orang-orang yang punya IQ diatas rata-rata. Hehe Selamat Lebaran!!!
Comments