Sudah menjadi fenomena tersendiri ketika Seni Rupa menjadi
suatu hal yang tersembunyi dibalik berjalanya alur-alur kehidupan manusia. Di
satu sisi, Seni Rupa secara nyata menjadi komponen terpenting dalam kita menjalankan kehidupan
ini. Sebuah Tema ‘Yang Tersembunyi’ muncul dan menjadi gagasan yang melatar
belakangi Pameran Bertajuk ‘’ Golongan Darah S’ ini. Sebuah tajuk dibalik ide-ide
dan pemikiran yang timbul melalui kegelisahan-kegelisahan kami saat ini.
Ada sebuah kesenjangan yang mucul ketika melihat relalita-realita
yang terjadi antara dunia seni rupa dengan konteks diluar bidang tersebut.
Salah satu isu yang ada adalah ketika muncul dimensi yang bertolak belakang
antara seniman dan orang-orang awam diluar seni. Ketika hadir sebuah pameran
seni rupa, mayoritas audiens yang datang hanyalah mereka yang bergerak dalam
seni itu sendiri atau mereka seniman, sementara orang-orang yang bergerak atau mempunyai
profesi diluar seni hanya segelintir yang mengapresiasi. Beberapa waktu lalu, kami
sendiri mencoba untuk menelusuri hal-hal tersebut melalui observasi dengan
mewawancarai mereka tentang apa arti seni rupa itu sendiri menurut mereka,
mayoritas jawaban yang mereka lontarkan harus kita pancing terlebih dahulu,
sementara ada juga seorang ibu-ibu penjual rujak yang dengan sadar menjawab
tidak mengerti tentang pemahaman seni rupa seperti apa.
‘Golongan Darah S’ muncul menjadi sebuah tajuk yang terkesan
membuat istilah dengan sendirinya. Ketika melihat dunia pada realitanya,
Golongan Darah sendiri hanya ada dengan identitas A, B, A B, dan O. Melalui
tajuk yang dipandang orang tersebut awam atau baru, akan menjadi representasi
tersendiri bagi mereka dalam mengartikan kami yang terkadang menjadi sesuatu
yang tidak dilihat oleh mereka secara langsung maupun tidak langsung.
Pembuktian dan konsistensi menjadi daya dorong kami dalam
pameran ini. Dengan maksud membuktikan bahwa Seni Rupa juga menjadi sebuah ilmu
yang tidak kalah pentingnya dengan ilmu-ilmu yang lain, matematika, sains,
tekhnologi, kedokteran, sosial dan lain sejenisnya. Dengan maksud juga sebagai
perhelatan untuk menampilkan karya-karya kami dihadapan masyarakat umum. Ada
sebuah daya konsisten yang harus terus melekat terhadap seniman itu sendiri
untuk menjadi komponen terpenting yang harus mereka konsistenkan dalam mereka
bekerja berkarya seni. Ada banyak karya-karya yang dipamerkan pada ‘’Golongan
Darah S’’ ini, baik berupa 2 dimensi dan 3 dimensi.
Pada perhelatan kali ini, kami memilih tempat Student Center
UNS sebagai tempat pameran. Ada banyak kritik yang muncul ketika acara ini
diadakan pada sebuah ruang yang masih berwilayah di dalam kampus yang notabene
hanya sebuah gedung, sementara ada sebuah gallery tersendiri yang memang ada di
Kota Solo yang sering menjadi tempat-tempat perhelatan pameran seni rupa di kota
tersebut, sepeti Taman Budaya Jawa Tengah dan lain sejenisnya. Ada 2 pepatah
yang menurut saya sendiri merupakan sebuah kalimat yang memang berjalan pada
kenyataanya ‘’ketika ada keinginan kita terbang tinggi, ada sebuah landasan
yang harus menjadi daya lecut’’ artinya, ada sebuah landasan atau dasar yang
sudah pasti harus menjadi bagian terpenting ketika kita berkarya dan melakukan
sesuatu yang akan berpengaruh besar, ketika kita mengharapkan sesuatu itu untuk langsung terbang tinggi yang akan
berpengaruh besar tanpa menggunakan sebuah landasan, kami berpikir hasilnya
juga pasti akan jatuh. Dengan filosofi tersebut kami memilih tempat Student
Ceter sebagai landasan kami dalam berpameran untuk menuju kedalam lingkup yang
lebih besar lagi. Sementara, ‘’ada sebuah wacana untuk membenahi kondisi luar
dengan baik, sementara kita sendiri lupa dengan masalah di dalam’’ Ketika
muncul sebuah harapan atau wacana ingin keluar, menunjukkan dan membenarkan
mereka, Ada sebuah hal yang harus kita lakukan terlebih sebelum melakukan hal
tersebut diluar, yaitu melakukan hal tersebut di dalam dahulu dengan sebaik
mungkin yang nantinya sudah pasti akan merespon dari luar sendiri.
Pada perhelatan ‘’Golongan Darah S’’ ini juga bekerja sama
dengan PMI untuk menghadirkan sebuah kegiatan donor darah. Hal tersebut juga
menjadi hal yang cukup menarik dari perhelatan ini, ada sebuah representasi
tersendiri ketika sebuah pameran seni rupa dihadirkan kegiatan donor darah,
tentang pendidikan seni rupa yang sudah tidak pada tempatnya lagi ketika harus
fokus pada bidang seni rupa sendiri, sementara tidak untuk menyinggung atau
mengkaitkanan dengan hal-hal lain diluar keseni-rupaan, padahal dengan
berkesenian kita dituntut untuk mengkaitkan isu-isu diluar hal tersebut, sosial,
alam, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Dengan maksud akan ada sebuah daya
dorong tersendiri bagi mereka yang hendak mendonorkan darah mereka yang
mendapatkan timbal-balik dari kita dimana karya yang dihadirkan dengan
sedemikian rupa yang nantinya dapat mereka cerna dan pelajari tentang
keestetikan sebuah karya menurut kaca mata mereka sendiri ditempat pameran
tersebut digelar.
Dengan diadakan pameran bertajuk ‘’Golongan Darah S’’ ini,
diharapkan akan ada sebuah perubahan besar terhadap masyarakat untuk tidak lagi
memandang seni rupa sebagi sesuatu yang terpandang sebelah mata, melainkan
sesuatu atau ilmu yang juga harus disejajarkan dengan disiplin ilmu-ilmu yang
lain. Tidak lain juga untuk mengajak masyarakat umum untuk lebih dalam
merasakan, menikmati, mengartikan, dan mengapresiasi karya-karya seni rupa itu
sendiri.
Comments