Asimilasi Masa


  1. Judul : Asimilasi masa
  2. Media : Ternit dan Cat Tembok
  3. Ukuran : 100cmx77cm
  4. Tahun Pembuatan : 2015
  5. Konsep Karya :
Salah satu hal yang menjadi gagasan pada karya ini adalah tentang asimilasi itu sendiri. Dalam sosiologi asimilasi merupakan pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Dalam karya ini, asimilasi saya artikan sebagai suatu pembauran dua sikap pada manusia yang seiring berjalanya waktu secara langsung merubah sikap sikap manusia itu sendiri.Dalam karya tersebut saya mengambil sosok karakter semar.
Semar, karakter dalam wayang yang fisiknya lucu bahkan bisa dikatakan aneh. Dalam setiap cerita wayang, Semar yang aneh ini malah dapat tempat terhormat: pengasuh sekaligus penasihat para ksatriya, tokoh yang jujur, sederhana, tulus, berbuat sesuatu tanpa pamrih, tetapi memiliki pengetahuan yang sangat luas, cerdik, dan mata batinnya sangat tajam. Semar memiliki hati yang 'nyegara' atau seluas samudera serta kewaskitaan dan kapramanan-nya sedalam samudra.
Semar mempunyai karakter fisik yang unik. Keunikan fisik tersebut merupakan simbolisasi dari dualisme di dunia ini. Semar mempunyai bentuk tubuh yang bulat. Bentuk tubuh ini merupakan simbol dari bumi dimana umat manusia tinggal bersama makhluk lainya. Raut wajahnya dilukiskan selalu tersenyum dan mata yang selalu sembab mengeluarkan air mata. Dalam wajah semar merupakan simbol duka dan suka yang selalu menyertai perjalanan hidup manusia. Semar berwajah nampak seperti orang tua namun mempunyai potongan rambut bergaya kuncung seperti abg, ini menyimbolkan tua dan muda. Ia berdiri namun terlihat seperti jongkok, menyimbolkan kedudukan penguasa dan rakyat jelata. Kain yang semar gunakan mempunyai arti membaur dengan segala perbedaan.Dalam setiap nasihat yang disampaikan oleh Semar kepada para ksatriya momonganya seringkali ditampilkan filosofi-filosofi yang bersifat umum dan berlaku hingga kapan pun yang berguna bagi kehidupan manusia.
Dalam dunia manusia, karakter-karakter fisik maupun batin yang melekat di diri manusia tersebut  membaur dengan kebudayaan-kebudayaan baru yang seiring berjalanya waktu, secara sadar terkesan menelanjangi diri sendiri, lingkungan yang mulai tak dihargai. Sifat rakus dan selalu mementingkan unsur individu saya gambarkan dengan perut besar, manusia yang hanya mementingkan isi perut semata ketimbang menghargai ataupun memikirkan orang lain. Disamping itu nilai-nilai kesopanan, budaya, maupun nilai nilai yang luhur pun semakin tak di hargai. Dalam Gambar tersebut Sosok karakter Semar yang masih seperti sedia kala, saya gambarkan di sebelah kiri dan sosok karakter semar yang berubah saya gambarkan di sebelah kanan dengan karakter telanjang dan sedang meludahi lingkungan sekitar.
Memutarnya jarum jam kearah kanan yang mengartikan seiring bertambahnya waktu juga menjadi dasar dari sosok karakter semar yang belum berubah berada di sebelah kanan dan sosok karakter semar yang berada di kiri. Sementara itu, Background tanah di sebelah kiri dan background bidang kotak-kotak berada dikanan adalah sebuah peradaban manusia itu sendiri. Tempat tempat ruang publik, taman bermain anak-anak, lapangan olahraga dan lain-lain yang semakin hilang dan tergerus oleh melesatnya bangunan-bangunan perumahan, pabrik, hotel, mall, dan bangunan megah lainya.

Comments